Rabu, 22 Maret 2017

Experience 1



Grateful

Liburan merupakan momen yang sangat menyenangkan untuk sejenak mengistirahatkan diri setelah melakukan aktivitas di hari kerja. Banyak kegiatan yang dapat kita lakukan pada saat liburan, seperti rekreasi bersama keluarga, bermain bersama teman, atau mungkin bersantai dirumah dengan bermain game dan menonton televisi. Namun, jika kita tidak pandai memanfaatkan waktu luang yang diberikan ketika liburan, maka masa liburan pasti akan  terasa sangat membosankan. Itulah yang saya alami. Sekolah memberikan waktu libur bagi siswa selama 2 minggu dalam rangka ujian sekolah dan USBN yang dilaksanakan oleh kelas XII.  Awalnya, saya sangat senang mendengar kabar tersebut. Akan tetapi, setelah lewat beberapa hari melewati masa libur saya merasa sangat bosan karena aktivitas hanya diisi dengan rutinitas yang sama yaitu menonton televisi, mengerjakan PR, dan bermain. Mungkin hanya beberapa waktu saja saya bermain dengan teman-teman. Entah mengapa, rasa bosan itu  terus hadir ditambah dengan keiri hatian saya melihat teman teman yang meng-upload  foto di instagram mempertlihatkan liburan/rekreasi keluar kota dan segala aktivitas menyenangkan di waktu liburan mereka, membuat saya semakin tidak merasa bersyukur atas waktu liburan yang telah diberikan. Bisa dibilang, saya termasuk orang yang jarang sekali bersyukur atas segala nikmat yang diperoleh dari-Nya. Tidak hanya dalam kasus ini tapi juga dalam kasus lain, saya sering merasakan hal yang sama.
http://www.gambarfotovideo.com/wp-content/uploads/2015/07/aa.jpg
Bored person

           Sampai akhirnya hari selasa sore kemarin, ketika saya sedang mengendarai motor, tiba-tiba ada kotoran yang masuk ke dalam kelopak mata. Segala usaha saya lakukan untuk mengeluarkan partikel kotoran tersebut dari mata mulai dari mengucek sampai menggerakan kelopak mata dari atas kebawah. Akan tetapi, mata saya malah menjadi semakin merah dan terasa sakit jika digerakan. Sore itu benar benar tidak ada satu detik pun tanpa rasa sakit. Memang tidak terlalu sakit, tetapi tetap saja saya merasa sangat risih/tidak nyaman dengan benda asing yang ada di mata. Sampai malam harinya, saya meminta ibu untuk ditetesi matanya. Setelah ditetes, tetap masih saja partikel tersebut bertahan di kelopak mata saya. Dalam hati saya terus berdo’a agar kotoran tersebut dapat hilang. Sesekali saya mengeluh kesakitan ketika menggerakan mata. Dari situ, saya menjadi berpikir dan sadar, betapa nikmatnya orang orang yang diberi kesehatan mata untuk melihat, akan tetapi jarang diantara kita yang bersyukur. Akhirnya pada malam hari, saya memutuskan untuk tidur dan memasrahkan semuanya kepada Allah. Sampai tengah malam, saya terbangun dan ternyata setelah sedikit menggerakan mata tidak ada partikel yang mengganjal serta tidak lagi terasa sakit. Alhamdulillah.... saya merasa sangat bersyukur sekali, akhirnya mata saya sudah terbebas dari kotoran yang masuk.
            Dari situ saya belajar, bahwa masih banyak nikmat-nkmat Allah yang harus disyukuri dengan tidak memandang besar ataupun kecilnya. Janganlah kita senantiasa melihat nikmat orang lain yang mungkin lebih banyak dari kita. Kita harus bangga dan bersyukur terhadap apa yang telah diberikan oleh-Nya dan percaya bahwa segala sesuatu akan terasa indah pada waktunya. Dan yang kedua, syukurilah waktu luang yang diberikan dengan mencoba hal-hal sederhana dirumah untuk mengisinya, seperti menyalurkan hobi dan sebagainya. Saya sendiri pun juga masih belajar menjadi orang yang lebih bersyukur.

 http://andinni.com/wp-content/uploads/2012/07/Bersyukurlah...jpghttps://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQmamvvp6FGenT7Ju5_a96ECxUfF8xiaZb8INCT89Vte1h4TttOZA


Kamis, 16 Maret 2017

DAD BIOGRAPHY



 INCREDIBLE FATHER



https://i.ytimg.com/vi/XDJen1No5f0/hqdefault.jpg
Budiawan Hendratno

           Budiawan Hendratno merupakan salah satu pemain timnas Indonesia pada era 80-an. Beliau lahir di Semarang, tanggal 23 November 2000 dari Pasangan Kadaroeskan dan Soetitah serta menjadi anak ke- sembilan dari sepuluh bersaudara. Ketika kecil, orang-orang biasa memangilnya dengan nama "Hen".

Budiawan bisa dibilang salah satu anak yang kurang beruntung, begitu pula dengan saudara saudara kandungnya yang lain, karena di usia 2 tahun beliau telah kehilangan sosok ibu tercinta, sehingga sumengubah status dirinya menjadi anak yatim. Sang Ibu wafat pada saat melahirkan anak kesepuluh yang sekaligus merupakan adik bungsu Budiawan. Oleh karena itu, ketika memasuki masa sekolah dasar, beliau diasuh oleh bibinya di Jakarta  dan disekolahkan di SD Tarakanita sampai tamat kelas satu. Setelahnya, Budiawan lebih memilih untuk tinggal bersama bapaknya yang pindah dari Semarang ke Malang, akhirnya beliau pindah sekolah ke SD Kalirejo 01 di kecamatan Lawang, kota Malang.

Hen mempunyai masa kecil yang sama seperti anak-anak pada umumnya ketika itu. Beliau biasa menghabiskan waktu luang dengan bermain bersama teman-temannya. Mungkin, hal yang paling menarik baginya adalah bermain bola, sehingga dari situ munculah keinginan dalam diri Budiawan untuk menjadi pemain bola.
  
Setelah tamat SD, Budiawan melanjutkan sekolah ke SMP Belarminus, Semarang. Hobi bermain bolanya masih digeluti dan sebagai langkah awal untuk mencapai cita cita menjadi seorang pemain bola, beliau masuk dalam club PMC (Pemuda Mrican Komplek). Beliau terus tekun berlatih dalam club untuk mengasah kemampuan bermain bolanya.

Ketika masa SMP berakhir, Budiawan melanjutkan sekolah ke SMA negeri 4 Semarang. Pada saat kelas dua SMA , Karena kemampuan bermain sepakbolanya yang terbilang baik tercium oleh club PSIS membuat beliau dipanggil untuk memperkuat tim tersebut dalam kompetisi sepakbola junior tingkat Jawa Tengah. Pencapaian Budiawan muda diikuti dengan adanya panggilan dari PSSI junior pada saat beliau kelas tiga SMA untuk mengikuti ajang kompetisi sepakbola junior se-Asia tenggara di Singapura dengan bergabung bersama Timnas. Hal ini tentu saja merupakan kabar yang sangat menggembirakan karena seluruh tekad dan usahanya untuk terus berlatih di club tidak sia sia dan pada saat itu juga menjadi pengalaman pertama Budiawan untuk mengikuti kejuaraan sepakbola di tingkat internasional. Setelah kompetisi tersebut usai, beliau tetap dipercaya untuk memperkuat Timnas

Budiawan melanjutkan studi ke perguruan tinggi swasta STI Perbanas di Jakarta. Walaupun begitu, ia tidak meninggalkan permainan bolanya. Mungkin bisa dibilang pada masa inilah Karier sepakbola Budiawan sedang naik daun. Pada tahun 1984, beliau dan timnas Indonesia berhasil meraih gelar juara dua dalam perebutan piala raja Thailand. Lalu, pada tahun 1985, ketika mengikuti ajang bergengsi pesta olahraga se asia tenggara atau Sea Games, timnas Indonesia berhasil menyabet juara satu. Prestasi beliau masih terus berlanjut dengan meraih juara satu dalam kejuaraan piala raja Brunei pada tahun 1988 dan beliau juga sempat memperkuat PSIS hingga menjadi juara satu dalan kompetisi perserikatan klub nasional tahun 1987. Disamping menjadi seseorang yang sangat beruntung, yaitu terpiliih menjadi salah satu anggota kesebelasan timnas Indonesia, Budiawan juga telah mengunjungi banyak negara di berbagai, mulai dari Asia Tenggara (Singapura, Brunei, dan Malaysia), Asia Timur(Korea dan Jepang), Negeri kincir angin Belanda, Jerman, serta Brazil. Kunjungan ke negara-negara tersebut kebanyakan dalam rangka sparing/latihan.


http://www.jagobecek.com/wp-content/uploads/2016/03/10.jpg
Budiawan bersama tim PSIS di stadion Gelora Bung Karno
 
            Seluruh pencapaian yang diperoleh Budiawan tentu saja tidak semudah membalikan telapak tangan, dibutuhkan tekad, kerja keras, dan latihan secara terus menerus. Apalagi, sejak selesai kuliah beliau lalu melamar kerja di BULOG Semarang sehingga harus membagi waktu dengan karier sepakbolanya. Pagi hari digunakan untuk bekerja, sedangkan sorenya berlatih sepakbola, itulah cara yang biasa dilakukan Budiawan untuk membagi waktu.

Pada tanggal 10 Februari 1990, Budiawan melepas masa lajangnya dengan mempersunting seorang wanita cantik yang bernama Wahyuni Purwaningsih. Hingga pada Januari 1992, pasangan tersebut dikaruniai kelahiran anak pertama yang diberi nama Idham Antaditama. Kata "Antaditama" diberikan karena pada saat itu Budiawan bersama club PSIS sedang mengikuti kompetisi di divisi utama, sehingga Antaditama merupakan singkatan dari "antara divisi utama". Di titik ini pula beliau mulai meninggalkan timnas Indonesia dan hanya fokus bermain di PSIS Semarang . Pada tahun 1995 Budiawan dikaruniai anak kedua yang diberi nama Luhur Ragana Putra Hendratno, serta masa itu pula beliau mengakhiri kariernya sebagai pemain sepakbola.

Setelah memutuskan untuk berhenti dari dunia sepakbola yang telah membesarkan namanya, Budiawan beralih profesi menjadi pegawai swasta di BULOG. Sebenarnya, profesi ini sudah beliau tekuni sejak tahun 1984. Pada tanggal 20 November 2000, lahirlah anak ketiga yang sekaligus menjadi anak terakhir dan diberi nama Aga Tertia Putra Hendratno. Lengkap sudah kebahagiaan keluarga kecil Budiawan dan Yuni dengan kelahiran anak tersebut.

Kehidupan ini memang sulit untuk dijalani. Seringkali kita menjumpai banyak lika liku yang tak diinginkan. Begitu pula yang dialami Budiawan yang sempat menghadapi berbagai permasalahan mulai dari intensitas ringan sampai yang cukup berat setelah karier sepakboalnya. Meskipun begitu, Budiawan merupakan sosok ayah yang sangat bertanggung jawab dan penyayang kepada keluarganya. Apapun akan ia lakukan demi membahagiakan anak anaknya. Beliau sempat juga menjadi pelatih sepakbola di Semarang, namun hanya sebagai pekerjaan sampingan.

Mulai tahun 2013,beliau diangkat menjadi kepala gudang BULOG di Wonosobo, lalu dipindahkan ke Magelang, dan pada akhirnya kembali lagi ke semarang dengan menduduki jabatan yang masih sama hingga sekarang.

Segala bentuk kesuksesan yang dapat dicapai oleh Budiawan merupakan buah dari sikap tekun dan kemauannya serta tak lupa berkat segala do'a-do'anya yang ia haturkan kepada Yang Maha Kuasa. Selalu mensyukuri apa yang diberikan dalam hidup dan berpegang teguh pada prinsip "Jalani Hidup Apa Adanya".




PENGUNJUNG

Flag Counter