INCREDIBLE FATHER
|
Budiawan Hendratno |
Budiawan Hendratno merupakan salah satu pemain
timnas Indonesia pada era 80-an. Beliau lahir di Semarang, tanggal 23 November
2000 dari Pasangan Kadaroeskan dan Soetitah serta menjadi anak ke- sembilan
dari sepuluh bersaudara. Ketika kecil, orang-orang biasa memangilnya dengan
nama "Hen".
Budiawan bisa dibilang salah
satu anak yang kurang beruntung, begitu pula dengan saudara saudara kandungnya
yang lain, karena di usia 2 tahun beliau telah kehilangan sosok ibu tercinta,
sehingga sumengubah status dirinya menjadi anak yatim. Sang Ibu wafat pada saat
melahirkan anak kesepuluh yang sekaligus merupakan adik bungsu Budiawan. Oleh
karena itu, ketika memasuki masa sekolah dasar, beliau diasuh oleh bibinya di Jakarta
dan disekolahkan di SD Tarakanita sampai tamat kelas satu. Setelahnya, Budiawan
lebih memilih untuk tinggal bersama bapaknya yang pindah dari Semarang ke
Malang, akhirnya beliau pindah sekolah ke SD Kalirejo 01 di kecamatan Lawang,
kota Malang.
Hen mempunyai masa kecil yang
sama seperti anak-anak pada umumnya ketika itu. Beliau biasa menghabiskan waktu
luang dengan bermain bersama teman-temannya. Mungkin, hal yang paling menarik
baginya adalah bermain bola, sehingga dari situ munculah keinginan dalam diri
Budiawan untuk menjadi pemain bola.
Setelah tamat SD, Budiawan
melanjutkan sekolah ke SMP Belarminus, Semarang. Hobi bermain bolanya masih
digeluti dan sebagai langkah awal untuk mencapai cita cita menjadi seorang
pemain bola, beliau masuk dalam club PMC (Pemuda Mrican Komplek). Beliau terus
tekun berlatih dalam club untuk mengasah kemampuan bermain bolanya.
Ketika masa SMP berakhir,
Budiawan melanjutkan sekolah ke SMA negeri 4 Semarang. Pada saat kelas dua SMA
, Karena kemampuan bermain sepakbolanya yang terbilang baik tercium oleh club
PSIS membuat beliau dipanggil untuk memperkuat tim tersebut dalam kompetisi
sepakbola junior tingkat Jawa Tengah. Pencapaian Budiawan muda diikuti dengan
adanya panggilan dari PSSI junior pada saat beliau kelas tiga SMA untuk
mengikuti ajang kompetisi sepakbola junior se-Asia tenggara di Singapura dengan
bergabung bersama Timnas. Hal ini tentu saja merupakan kabar yang sangat
menggembirakan karena seluruh tekad dan usahanya untuk terus berlatih di club
tidak sia sia dan pada saat itu juga menjadi pengalaman pertama Budiawan untuk
mengikuti kejuaraan sepakbola di tingkat internasional. Setelah kompetisi
tersebut usai, beliau tetap dipercaya untuk memperkuat Timnas
Budiawan melanjutkan studi ke
perguruan tinggi swasta STI Perbanas di Jakarta. Walaupun begitu, ia tidak
meninggalkan permainan bolanya. Mungkin bisa dibilang pada masa inilah Karier
sepakbola Budiawan sedang naik daun. Pada tahun 1984, beliau dan timnas
Indonesia berhasil meraih gelar juara dua dalam perebutan piala raja Thailand.
Lalu, pada tahun 1985, ketika mengikuti ajang bergengsi pesta olahraga se asia
tenggara atau Sea Games, timnas Indonesia berhasil menyabet juara satu.
Prestasi beliau masih terus berlanjut dengan meraih juara satu dalam kejuaraan
piala raja Brunei pada tahun 1988 dan beliau juga sempat memperkuat PSIS hingga
menjadi juara satu dalan kompetisi perserikatan klub nasional tahun 1987.
Disamping menjadi seseorang yang sangat beruntung, yaitu terpiliih menjadi
salah satu anggota kesebelasan timnas Indonesia, Budiawan juga telah
mengunjungi banyak negara di berbagai, mulai dari Asia Tenggara (Singapura,
Brunei, dan Malaysia), Asia Timur(Korea dan Jepang), Negeri kincir angin
Belanda, Jerman, serta Brazil. Kunjungan ke negara-negara tersebut kebanyakan
dalam rangka sparing/latihan.
|
Budiawan bersama tim PSIS di stadion Gelora Bung Karno |
Seluruh pencapaian yang
diperoleh Budiawan tentu saja tidak semudah membalikan telapak tangan,
dibutuhkan tekad, kerja keras, dan latihan secara terus menerus. Apalagi, sejak
selesai kuliah beliau lalu melamar kerja di BULOG Semarang sehingga harus
membagi waktu dengan karier sepakbolanya. Pagi hari digunakan untuk bekerja,
sedangkan sorenya berlatih sepakbola, itulah cara yang biasa dilakukan Budiawan
untuk membagi waktu.
Pada tanggal 10 Februari 1990,
Budiawan melepas masa lajangnya dengan mempersunting seorang wanita cantik yang
bernama Wahyuni Purwaningsih. Hingga pada Januari 1992, pasangan tersebut
dikaruniai kelahiran anak pertama yang diberi nama Idham Antaditama. Kata "Antaditama"
diberikan karena pada saat itu Budiawan bersama club PSIS sedang mengikuti
kompetisi di divisi utama, sehingga Antaditama merupakan singkatan dari
"antara divisi utama". Di titik ini pula beliau mulai meninggalkan
timnas Indonesia dan hanya fokus bermain di PSIS Semarang . Pada tahun 1995
Budiawan dikaruniai anak kedua yang diberi nama Luhur Ragana Putra Hendratno,
serta masa itu pula beliau mengakhiri kariernya sebagai pemain sepakbola.
Setelah memutuskan untuk
berhenti dari dunia sepakbola yang telah membesarkan namanya, Budiawan beralih
profesi menjadi pegawai swasta di BULOG. Sebenarnya, profesi ini sudah beliau
tekuni sejak tahun 1984. Pada tanggal 20 November 2000, lahirlah anak ketiga
yang sekaligus menjadi anak terakhir dan diberi nama Aga Tertia Putra
Hendratno. Lengkap sudah kebahagiaan keluarga kecil Budiawan dan Yuni dengan
kelahiran anak tersebut.
Kehidupan ini memang sulit
untuk dijalani. Seringkali kita menjumpai banyak lika liku yang tak diinginkan.
Begitu pula yang dialami Budiawan yang sempat menghadapi berbagai permasalahan
mulai dari intensitas ringan sampai yang cukup berat setelah karier
sepakboalnya. Meskipun begitu, Budiawan merupakan sosok ayah yang sangat
bertanggung jawab dan penyayang kepada keluarganya. Apapun akan ia lakukan demi
membahagiakan anak anaknya. Beliau sempat juga menjadi pelatih sepakbola di
Semarang, namun hanya sebagai pekerjaan sampingan.
Mulai tahun 2013,beliau
diangkat menjadi kepala gudang BULOG di Wonosobo, lalu dipindahkan ke Magelang,
dan pada akhirnya kembali lagi ke semarang dengan menduduki jabatan yang masih
sama hingga sekarang.
Segala bentuk kesuksesan yang
dapat dicapai oleh Budiawan merupakan buah dari sikap tekun dan kemauannya
serta tak lupa berkat segala do'a-do'anya yang ia haturkan kepada Yang Maha
Kuasa. Selalu mensyukuri apa yang diberikan dalam hidup dan berpegang teguh
pada prinsip "Jalani Hidup Apa Adanya".